Cara Menghilangkan Rasa Takut Sekolah Anak ~ Pendidikan Anak-Anak

Senin, 09 Desember 2013

Cara Menghilangkan Rasa Takut Sekolah Anak


Tiba-tiba anak mogok tidak mau sekolah. Hujan, diejek teman-teman, dimarahi guru, pelajarannya sulit, kerap kali anak-anak mengemukakan sejumlah alasan ketika mereka tidak ingin pergi ke sekolah.

rangtua yang memiliki anak yang masih duduk di taman kanak-kanan atau sekolah dasar, boleh jadi tak asing lagi menghadapi anak yang enggan bersekolah. Rengekan dan tangisan mereka kadang meluluhkan hati orang tua untuk meloloskan kehendak anak, padahal itu akan menganggu kegiatan sekolah mereka. Psikolog Jacinta F. Rini, dalam website e-psikologi.com, menuturkan bahwa kondisi tersebut merupakan gejala anak terkena fobia sekolah. Anak-anak merasa takut dan tidak mau pergi ke sekolah yang dianggapnya menjadi tempat yang kurang nyaman. Jacinta mengatakan, fobia sekolah merupakan bentuk kecemasan tinggi terhadap sekolah. Perasaan cemas ini biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul atau akan hilang ketika "masa keberangkatan" sudah lewat, atau di hari-hari libur sekolah.

      Fobia sekolah sewaktu-waktu bisa dialami oleh anak 4-6 tahun, saat anak bersekolah ditempat baru atau menghadapi lingkungan baru. Fobia juga bisa terjadi ketika si anak menghadapi pengalaman yang tidak menyenangkan disekolahnya. Menurut Jacinta, ada beberapa tanda saat anak akan mengalami fobia sekolah. Diantaranya, anak menolah untuk berangkat ke sekolah, atau mau datang ke sekolah tetapi tidak lama kemudian meminta untuk pulang, pergi ke sekolah dengan menangis, menempel terus dengan orang tua atau pengasuhnya, atau menunjukkan tantrum, seperti menjerit-jerit di kelas, agresif terhadap anak lain dan menentang guru agar diizinkan pulang. Juga,  keluhan fisik sering dijadikan alasan, seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, diare, gatal-gatal, gemetar, keringatan, atau keluhan lainnya. 'Anak berharap dengan mengemukakan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah," kata Jacinta.

      Waktu berlangsungnya fobia sekolah amat tergantung pada penanganan yang dilakukan orangtua. makin lama anak dibiarkan untuk tidak masuk sekolah, makin lama pula problem itu akan selesai, dan makin sering keluhan yang dilontarkan anak. Namun, makin cepat ditagani problem biasanya akan berangsur-angsur pulih dalam waktu sekitar 1 atau 2 minggu.

Penyebab Fobia Sekolah

      Ada beberapa penyebab yang membuat anak sering kali mogok sekolah, dan patut berhati-hati bagi para orang tua dan bijaksana dalam menyikapinya. Penyebab pertama, karena separation anxiety atau kegelisahan. Kecemasan itu sebenarnya merupakan fenomenanormal. Bagi mereka, sekolah berarti pergi kerumah untuk jangka waktu cukup lama. Mereka tidak hanya anak rindu terhadap orangtua, rumah, atau mainannya. Tetapi mereka juga cemas menghadapi tantangan, tantangan baru, dan tekanan-tekanan, yang dijumpai di luar rumah. 

     Para peneliti berpendapat, anak akan mempunyai rasa percaya diri rendah berpotensi menjadi anak yang anxiety pronechildren ( anak yang mempunyai kecenderungan mudah cemas) dan cenderung mudah mengalami depresi. Banyak orangtua tidak sadah bahwa sikap dan pola asuh yang diterakan pada anak juga ikut menyumbang terbentuknya dependency (ketergantungan), rasa kurang percaya diri dan kekhawatiran yang berlebihan.

      Selain kecemasan pada anak, penyeban lain bisa dikarenakan sang anak kesal, takut dan malu setelah mendapat cemoohan, ejekan atau gangguan dari teman-temannya. Di samping itu, persepsi terhadap guru yang galak pilih kasih,  atau "seram" membuat anak menjadi takut dan cemas menghadapi guru dan mata pelajarannya.

     Masalahnya, tidak semua anak bisa menceritakan kekesalannya, karena mereka sendiri terkadang masih sulit memahami dan mengekpresikan perasaannya. Belum lagi jika mereka takut dimarahi orangtua karena dianggap beralasan mengada-ada dan tidak masuk akal. Dengan sibuknya orangtua, lantas anak-anak lebih banyak diurus oleh baby sitter atau pengasuh, makin membuat anak sulit menyalurkan perasaannya. Akhirnya yang tampak adalah mogok sekolah, sikap agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan, keluhan-keluhan fisik dan tanda-tanda lainnya. Untuk itu bagi orangtua yang memang mempunyai kesibukan yang tinggi dan tidak banyak mempunyai waktu untuk bersama anak-anak dan mendidiknya, maka berhati-hatilah dalam mengangkat seorang baby sitter. Sebaiknya memilih baby sitter yang benar-benar dapat mendidik dan membimbing anak-anak.

      Penolakan terhadap sekolah juga bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami orangtua atau keluarga secara keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar dan melihat pertengkaran antara orangtuanya kemudian menimbulkan tekanan emosional dan mengganggu konsentrasi belajarnya.

      Untuk menyikapi gejala tersebut, orang tua hendaknya bersikap terbuka dalam mempelajari dan mencari semua kemungkinan yang bisa terjadi. Misalnya berkonsultasi dengan guru di sekolah, sharing dengan sesama orangtua murid, diskusi dengan anak, konsultasi dengan konselor atau psikolog, memeriksakan anak ke dokter sesuai keluhan yang dikemukakannya, hingga introspeksi diri yang merupakan metode tertepat untuk mendapatkan gambaran penyebab dari fobia sekolah anak.

      Sementara itu, menurut psikolog Julianti Tarigan, hari-hari menjelang masuk sekolah, memang dapat menimbulkan dua efek pada anak-anak. Senang sekaligus takut. Bila efeknya senang, tidak ada masalah. Namun jika sebaliknya, anak takut, bahkan tiba-tiba ngambek tidak mau bersekolah, itu masalah yang serius dan harus cepat dihadapi. Perilaku senang atau sebaliknya, sebenarnya terbilang wajar. Karena harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, tandas Julianti. Sesuatu yang baru dapat menimbulkan kecemasan. Itulah sebabnya, sebelum masuk sekolah, orangtua harus harus ikut mempersiapkan diri menghadapi sang buah hati masuk sekolah pertama kalinya.

      Tidak jarang, perilaku orangtua sendiri yang menyebabkan anak menjadi takut dan tidak mau bergabung dengan teman-temannya. Misalnya, orangtua berkata akan meninggalkan anaknya di sekolah setelah hari pertama, atau mencekokoi anak dengan berbagaiaturan. Anak yang menangis atau ngambek, tambah Julianti merupakan ekspresi dari ketidakpercayaan dirinya. "Karenanya, jangan memarahi anak jika ia bersikap demikian. Beri penjelasan, hiburan, dukungan, dan dengan tidak memaksa. Beri waktu kepada anak untuk menyesuaikan diri," Ujarnya. Sayangnya, kerapkali orang tua tidak memahami, bertindak seakan-akan berada di rumah. Dia melakukan tindakan yang terlalu melindungi. Anak diikutinya terus sampai ke kelasnya, dilihat melalui jendela, khawatir kalau-kalau ada yang diperlukan  si buah hati, atau khawatir kalau ia rewel, ada bahasa yang mengancam, dan seterusnya. Akibatnya, anak menjadi merasakan terlalu aman, yang justru kemudian menyebabkannya resah bila tidak melihat orangtuanya.

      "Orangtua perlu menyiapkan diri jauh sebelum anak masuk sekolah", tegas Julianti yang dimaksud menyiapkan diri adalah memahami untuk tidak serba melindungi anak, tidak berpesan 'yang menakutkan' menjelang anak masuk sekolah. "Bila orangtua lebih rileks, tidak berlebihan, anak pun akan lebih tenang di kelasnya," ujar Julianti.

Tips Menghilangkan Rasa Cemas Anak untuk Bersekolah

      Untuk meminimalisasi kecemasan anak, Charles E Schaefer PhD. direktur Pusat Pelayanan Psikologi Farleigh Diekonson University dan Theresa Foy Di Geronimo MEd, asisten guru besar bahasa Inggris William College, New Jersey, memberikan saran-saran penting berikut ini:

      Ceritakan hal-hal yang sangat mungkin terjadi di sekolah. Jika mungkin ajak si kecil mengunjungi calon sekolahnya, sehingga ia mendapatkan informasi yang cukup tentang lingkungan barunya, seperti guru-guru, ruangan, dan murid-murid lain.

      Ceritakan aktivitas anak-anak disekolah tersebut. Berikan penjelasan terhadap si buah hati secara spesifik mungkin, misalnya tentang pelajaran dan kegiatan-kegitan yang menarik apa yang akan dilakukan selama di sekolah. Dengan begitu anak memiliki minat dan gambaran legih jelas tentang apa yang dimaksud dengan sekolah.

      Jelaskan lama sekolah. Karena biasanya anak belum bisa memahami konsep waktu, beri pengertian kepada anak berapa lama ia harus belajar di sekolah. Mungkin ia belum mengerti tiga jam, berikan perumpamaan tiga jam itu. Selain itu, beri informasi tentang berpisah dengan orangtua. Beritahu anak bahwa selama ia bersekolah akan bisa bermain dengan teman-teman dan mempunyai teman yang banyak. Jelaskan juga bahwa di sekolah akan mempunyai guru-guru yang baik yang bisa diajak bermain dan melindungi dari bahaya-bahaya.

      Tentramkan hati si anak. Anak yang ketakutan biasanya mengekspresikan ketakutannya dengan mengisap jempol atau bertingkah aneh. Jaga agar emosi Anda tidak terpancing. Anggap saja ia membutuhkan kata-kata penentram. Bujuk dia dengan kata-kata yang halus dan lembut.

Rozi/beragam sumber.

0 komentar:

Posting Komentar